Hah. Kau lagi ?!
Sebelum kenangan ini benar-benar pudar
karna waktu, maka ku haruskan kisah ini untuk singgah dan tertulis rapi
di sini. Agar kelak dapat ku baca kembali dan berterima kasih untuk
pelajaran yang pernah kau berikan.
"Berkah
yang melimpah". Ingat kah kau dengan kata kunci itu ? yah, ceritanya
pernah ku tuliskan beberapa waktu yang lalu. Mungkin tidak di halaman
ini, tapi aku pastikan ceritanya masi tetap tersusun rapi. Beberapa
hari lagi genap menjadi 2 tahun. 2 tahun awal cerita ini pernah ada.
Memang belum genap 365 hari kali dua, dan di tambah 1 karna ada tahun
kabisat. Namun, ketidak genapan ini justru menghantarkan kami pada
sebuah cerita yang serupa. Serupa tapi tak sama.
***
Sakit perut yang bukan sebuah penyakit, sudah datang sejak pagi itu.
Jika membandingkannya dengan 2 tahun yang lalu, lucu memang. Waktu itu,
aku harus terburu-buru meninggalkan rumah karna waktu yang kita tentukan
sebentar lagi tiba. Aku sedikit terlambat, di stasiun kreta yang kita janjikan. Tapi sekarang, rasanya energiku habis terkuras. Membayangkan
seperti apa kau sekarang.
Beberapa hari sebelumnya, aku juga menempuh perjalanan yang sama. Sama jauh nya seperti yang dulu pernah kita tempuh. Tapi disela-sela perjalanan itu, ada kau yang menyelinap dalam pikiran. Ah, seperti cerita dalam sebuah kaset, cerita itu berputar sendiri.
"Klekkkk" bunyi pintu aula itu ku buka.
Ku lemparkan pandangan
jauh kedepan, ku sapu dari setiap ujuang aula. Ternyata mataku
benar-benar sudah rabun ! Tak bisa melihat dengan jelas mereka
satu-satu. Tapi, postur tubuh mu yang berbeda membuat kau gampang
dikenali. Ah kau lagi! di tempat yang sama.
Sebuah tos kecil mendarat mulus pagi itu. Sebuah percakapan singkat keluar begitu saja. Kalimat
pembuka yang aku harap akan menjadi awal yang baik. Eh sebentar, senyumu tampak berbeda. Ada yang mengganjal di permukaan. Oh, kawat gigi itu, tak pernah aku lihat sebelumnya.
Dan masih
sama seperti dua tahun sebelumnya. Aku yang tak punya modal banyak
hanya bisa melihat kau bertanding dari kejauhan, layaknya melihat idola. Selalu ku sempatkan
melihat mu di setiap pertandingan, walau mataku sudah rabun, tapi nomer punggung mu yang berubah itu masih tetap dapat ku lihat. Kau masih tetap sama. Menawan. Bahkan
lebih dari yang ku bayangkan.
Kau lagi !
Rasanya aku harus berterima kasih untukmu. Aku juga tak tahu pasti untuk apa, tapi yang pasti bisa bertemu denganmu lagi memang sebuah hal yang tak ku bayangkan sebelumnya. Pembicaraan yang menjadi candu.
Kau yang masih menawan. Dan kini sudah lamaran.
Terima kasih untuk yang kesekian.
0 komentar: