Perempuan yang beruntung, dan lelaki yang malang

7/09/2016 07:52:00 PM tridiyanti's 1 Comments

Apa definisi beruntung untukmu ?
yah.. banyak memang.
tapi setidaknya satu dari ku, kamu menjadi pilihan untuk orang yang nyaris sempurnya.

Lalu, apa definisi sempurnya ?
Ketika kamu bisa melihat gelapnya menjadi terang, dan terang nya menjadi cahaya mu.

Dan pengertian dari perempuan yang beruntung ?
Perempuan yang terpilih, dari ia yang diam-diam sejak lama ada di radarku.

Dia, mungkin menjadi salah satu lelaki termalang tahun ini.
malang, karna ia bertanya tentang rasa pada orang yang salah.
Salah karna pada akhirnya, ia harus tau bagaimana rasanya menjadi pejuang yang kalah.

1 komentar:

Single ?

7/09/2016 07:35:00 PM tridiyanti's 0 Comments

"Punya banyak temen, punya banyak temen cowok, kok masih sendiri ?"
Kalimat itu bukanlah kalimat pertama yang aku dengar, dan aku yakin tidak akan berhenti pada hari ini. Kalimat lampau. Dan aku pun bosan menjawabnya.

Apa menjadi sebuah keharusan, wanita seumuranku harus sudah memiliki pacar ? gandengan ? gebetan ? tunangan ? atau apalah itu..
Bagaimana jika ini memang pilihanku. Apa salah memilih untuk sendiri dan tidak menceburkan diri pada masalahan yang akan berputar tak ada hentinya ?

Well..
Mungkin banyak perempuan cantik diluar sana yang mengingkinkan memiliki pacar di masa mudanya. Untuk membahagiakan hidup, ujarnya. Tapi jika aku memilih untuk menjadi bahagia bukan karna seseorang, itu bukan menjadi sebuah kesalahan, bukan ?

Terkesan seperti bermimipi memang, hanya diam saja tapi mengharapkan akan datang imam hidupku yang dikirim Allah. Tapi kemudian definisi "diam" harus kau perjelas lagi. Biarkan doa-doa ku pada-Nya yang menjadi saksinya. Karna pacaran bukan menjadi satu-satunya jalan untuk bertemu imam-mi kan ?

Tidak. aku tidak benci jatuh cinta. Aku tidak kapok patah hati. Tapi jika ada pilihan untuk tidak merasakan patah hati lagi, itu pilihan yg baik bukan. Sudah lah, sudah cukup rasanya mengulang fase yang sama. kenal-dekat-nyaman-menyoba serius-ternyata gagal-berakhir-berpisah-luka-sakit dan berulang dari awal lagi. Usaha "mengenal" akan lebih baik ku pergunakan untuk mengenal-Nya. Karna aku yakin, Allah selalu akan memberikan jalan yang baik untuk kita.

Tidak. Jangan kau katakan ini terlalu manafik. Ya, tingkat pengetahuan agamaku memang belum sempurna, aku pun sadar blm melakukan banyak kewajiban, apalagi sunah. Tapi berusaha memenuhi satu-persatu tak apa kan ? Aku tak berusaha untuk menjadi yang paling suci, tapi berusaha menjauhkan diri dari apa yang seharusnya bisa kita jauhi bukan menjadi hal yang salah, bukan ?

Maka... aku harap mereka mengerti.
mengenal, dekat, akrab, tidak harus menjadi aku pacarmu dan kamu pacarku kan ?
mengenal, dekat, akrab, dan kamu menjadi imamku dan aku menjadi ma'mum mu, bukankah lebih baik ?
pilihan kedua memang impian banyak orang, tapi tak ada salahnya jika aku berusaha mengambil jalan yang ke dua.
Maka, kenapa manjadi salah ketika memilih sendiri ?

Pada akhirnya biarkan air mengalir hingga hulu nya..
Dan kau yang diam-diam aku amati, semoga Allah mendengar doaku.

0 komentar:

Selamat Menempuh Hidup Baru

6/15/2016 02:42:00 AM tridiyanti's 3 Comments

Teruntuk untukmu,
Selamat menempuh hidup baru !

Ya.. hidupmu yang bukan lagi dengan status mahasiswa.
Akhirnyaaa waktu yang ditunggu-tunggu datang juga ! Sidang akhir. Dan kamu melewatinya dengan baik. Selamat. Sebentar lagi resmi menggunakan gelar sarjana di belakang namamu. Semoga ilmu mu berkah. Dan sekali lagi selamat !

Maaf aku tak membalas pesan terakhirmu pagi itu, pagi untuk mu dengan pagi buta untukku. Bukan karna apa, tapi aku tahu, balasan pesan dariku tak lagi penting untukmu. Aku tahu kamu tak membutuhkan itu lagi. Bahkan mungkin kamu tak menginginkan untuk bertegur sapa lagi dengan ku. Bukan kah pesat terakhir itu hanya bagian dari formalitas untuk memenuhi janjimu, jika menjelang sidang kamu akan memberitahu ku ?
Yah.. formalitas.
Memberitahu ku hanya beberapa jam sebelum sidang itu dimulai. Untuk apa ?
agar mempersingkat pembicaraan kita ?
...

Tak perlu.

Untuk mu yang pernah aku anggap teman baik ku.
Untuk mu yang pernah aku kira rekan kerja yang baik.
Apa sebutan itu masih layak untukmu ?

Pesan terakhir ku untukmu ku kirim pada tanggal 1, bulan ini.
Lalu tak ada lagi balasan dari mu.
Awalnya aku kira, sibuk mu tak tertahankan
Tapi kamu teralalu aktif di sosial media.
Sampai pada suatu ketika aku membutuhkan informasi lama yang harus aku cari di room chat kita.
Hari itu tanggal 10, tepat sepuluh hari sejak pesan terakhir ku kirimkan.
Lalu yang ku temukan, 3 pesan terakhir itu masih saja belum kau buka. Belum ada tanda "baca" pada ketiganya.
Lalu..
Kemudian aku sadar, mungkin memang kamu tak perlu itu. Dan tak menginginkannya.

Alasan apa lagi yang akan kamu gunakan ? Dalam sepuluh hari masih saja kamu tak menyentuh sosial media itu ? mimpi. Alasanmu terlalu klasik :)

Lalu tepat pagi ini, ketika pesan dari mu masuk. Mengabarkan hari ini akan menjadi hari penentuan akhir perjuanganmu.
Dan ketiga pesan yang sudah lama tak memberikan tanda "baca" itu akhirnya terbuka juga.

Jadi ?
Kamu sengaja tak membukanya berhari-hari ?
atau sengaja kau hilangkan percakapan kita dari room chat itu ?
Terima kasih :) Kamu memang teman yang baik :) Baik untuk ditinggalkan mungkin.

Ya, mungkin ini ke kanak-kanakan.
Tidak dibalas chatnya... kemudian marah.
Tidak, hal ini tak sesederhana yang kamu kira.

Memang, hak semua orang untuk membalas pesan mana yang akan ia tanggapi. Hak semua orang untuk memperlakukan sosial medianya. Tapi, aku akan lebih menghargaimu ketika kamu hanya membacanya, walau tak kamu balas kembali. Atau aku akan lebih senang jika kamu katakan saja bahwa tak ada lagi yang perlu di sampaikan. Lalu kita bisa mengakhiri percakapan dengan baik.
Bukan kah kamu selalu mengakhiri percakapan orang-orang yang tak kau inginkan dengan cara baik-baik ?
Lalu kenapa untuk ku kamu berikan hal yang sangat mengagetkan ?

Untuk mu, orang yang pernah ku percayai banyak hal,
ini kekecewaanku yang terdalam.
omong kosong dengan katamu yang akan selalu jadi teman ku ?
Rasanya.. pertemanan yang baik tidak di dasari atas hal ini.

Untuk mu,
tidak aku tidak akan marah lagi. Untuk apa ?

Maaf jika aku tak langsung memberikan ucapan selamat langsung untukmu. Sudah tahu kan alasannya ? Aku menghargai keputusanmu untuk tidak melakukan percakapan denganku. Jadi, inilah bentuk dari pengabulan harapanmu.

Awalnya, ku kirimkan seikat bunga putih dan biru ini untuk merayakan hari bahagiamu. Bahagiamu.
Sudah kutitipkan pada jasa pengantar barang itu. Tapi beliau berkata bahwa kau tak lagi di rumah, dan tak ada satupun orang di rumahmu. Kemudian, ia titipkan pada pagar yang berdiri kokoh di depan rumahmu.
Aku berdoa sepanjang hari agar hujan tak lagi turun, sehingga membasahinya.
Aku pun sempat berdoa, agar tak ada orang iseng yang mengangkutnya. Atau.. semoga bapak pengatra jasa itu tidak salah alamat. Tapi doa ku tak kunjung terjawab.
Ketika aku menulis ini, malam sudah datang di tempatku, hampir saja buka puasa. Lalu, apa kabar dengan dia yang tergantung di pagar ? 
Apakah kamu sudah terima itu ?
Atau justru sampai kau membaca ini suatu saat nanti, masih kau belum terima ? 

Jika kamu sudah menerimanya, terima lah dengan baik-baik.
Jika belum, cukuplah kamu tahu bahwa pernah ada niat baik dari ku. Jika akhirnya kamu tak menemukannya, mungkin memang bukan saatnya. Waktu saja tak mengizinkannya :) Setidaknya kamu bisa melihat bentuknya dari foto ini.

Sekali lagi,
kamu yang pernah aku anggap teman baik,
Selamat menempuh hidup baru !
Semoga hidupmu akan lebih bahagia.



Salam,
orang yang pernah kau sebut sahabat

3 komentar:

Empat kali empat, enam belas

5/21/2016 10:16:00 PM tridiyanti's 0 Comments

Satu kali empat, empat
Dua kali emapat, delapan
Tiga kali empat, dua belas
Empat kali empat, enam belas !

Tidak, kita tidak sedang akan belajar berhitung. Hanya saja aku sedang menimang-nimang angka empat.

Empat kali merasakan tahun baru di tanah eropa
Empat kali merasakan ulang tahun jauh dari keluarga
Empat kali merasakan dinginnya negeri ini
Empat kali melewati tanggal 20 Mei !

Entah harus senang atau sedih dengan angka yang sudah aku peroleh saat ini.
Besyukur, pasti. 4 tahun yang luar biasa, bahkan jauh dari tanah air, tak perlu kau ragukan lagi.

Ada banyak tempat yang dulu ak kira hanya akan berakhir menjadi mimpi belaka.
Ada banyak kota yang aku kira itu hanya ada di peta
Dan ada banya tokoh penting yang aku idolakan, yang tadinya aku kira hanya hidup dalam layar kaca.
Kini, sebagian mimpi ini benar-benar aku temui. Jalur-jalur yang ada di peta itu, benar-benar aku singgahi. Dan mereka yang ada dalam layar kaca, benar-benar aku salami.

Terima Kasih Ya Allah, atas berkat dan Rahmatmu selama ini.
Maaf jika aku masih belum menjadi pribadi yang baik seutuhnya.
Untuk ribuan hari yang sudah aku lewati di Prancis.

Aku masih tak tahu, apakan akan ada 20 Mei selanjutnya, atau ini 20 Mei terakhir untuk chapter ini.
Kalaupun akan berakhir, aku harap akan ada 20 Mei versi berikutnya, yang akan aku kenang.

20 Mei.
Hari pertama dimana kaki ini banar-benar menyentuhnya
Hari pertama dimana mimpi-mimpiku hidup kembali
Hari pertama dimana hidupku, ku mulai kembali

Sekali lagi, selamat melewati 20 Mei yang ke empat kalinya !




0 komentar:

Printemps ! musim putus atau musim jadian ?

5/08/2016 03:45:00 AM tridiyanti's 0 Comments

BIENVENUE PRINTEMPS ! 
Selamat datang musim semi !


Musim semi identik dengan musim yang paling di tunggu-tunggu banyak orang.  Mahasiswa di negara Jepang biasanya akan sangat menantikan musim ini, karna di musim semi lah awal ajaran baru sekolah dan kuliah di mulai. Di Prancis sendiri musim semi menjadi waktu yang di tunggu-tunggu. Selain bunga-bungan dan pepohonan yang mulai hidup kembali, itu berarti jalanan udah mulai ceria kembari ! matahari bersinar sepanjang hari, masih tetap ada awan yg meneduhkan dan angin yg menyegarkan. 
Lalu, bagi anak muda kebanyakan, printemps akan menjadi musi putus atau musim jadian ? 

Printemps ! waktu yang pas untuk berbunga-bunga.Termasuk untuk urusan cinta. Banyak diantara mereka yang memutuskan untuk jadian di bulan-bulan ini. Kenapa ? Karna selain bulan yg indah.. bulan-bulan ini juga bulan yg menyambut libur panjang. Liburan jomblo ? hem.. kayaknya bukan pilihan yg baik. 

Lantas.. entah kenapa, entah ini ada hubungannya sama printemps yang biasa di kenal dengan "sesuatu yg baru" atau tidak, yg pasti banyak lingkungan sekitarku yang akhirnya memanfaatkan waktu yang cantik ini dengan menjadikan sesuatu yg masih abu-abu menjadi lebih jelas. Contoh simplenya.. jadian. Contoh ruwetnya.. naik kepelaminan. 

Karna faktanya, beberapa bulan terakhir ada banyak banget temen di sekitar yang posting foto jadian, foto tunangan, sampai foto undangan dan resepsi pernikahan ! berbahagialah mereka. 
Salah satu contoh yang manarik untuk di simak adalah kisah cinta "mas botak". Yah.. akhirnyaa setelah PDKT hampir 1 tahun, mas botak jadian juga sama si honey. Akhirnya :" 
Mereka ketemu disalah satu acara PPI di kota Eropa timur, hampir satu tahun pdkt dengan status LDR (pdkt aja udah ldr :") akhirnyaaaa mereka resmi juga !! huyeeeee... 
Tau cerita mereka itu berasa lagi nonton FTV yg selalu happy ending walaupun perjalanannya lika liku banget. 

Next.. selain musim bercinta, printemps yg juga menjadi musim pembaruan mengindikasikan sesuatu yang baru. Baru tak melulu bagus kan ? cerita baru yg menyedihkan juga hadir mengelilingi printemps ! salah satunya dengan kata "berpisah". 

Beberapa temen dan temen deket belakangan ini bercerita tentang kisahnya yang kandas di tengah jalan setelah berkelana selana 1, 2, 3, 4, bahkan ada yang hampit 5 tahun ! 
Salah satu dianatara mereka ada mang ujang. Mang ujang salah satu temen deket yg suka cerita kalau ada kabar-kabar baru di kota. Dan kabar terbaru justru datang dari dirinya sendiri. Perjalanan cintanya kandas juga beberapa minggu yang lalu. lebih dari 365 hari mereka lalui bersama ternyata harus berakhir menjadi sebuah sejarah. Pejuang jarak jauh akhirnya berkurang satu..

Selanjutnya.. cerita mas petani. Yah anggap saja nama nya seperti itu, karna ia banar-benar suka bertani. Mas tani akhirnya juga mengakhiri kisah cintanya. Ups, maksudnya pacar mas tani yang memilih untuk mengakhirinya. Hampir 365 hari kali 5 mereka habiskan bersama, lagi-lagi masih cerita 'hubungan jarak jauhhhhhhh'. Sempet gak nyangka sih liat beberapa postingan mas tani dengan pacar baru dan, mantan mas tani yang sekarang udah punya pacar baru juga. Ya... kalau yg ini jadinya kompilasi ya. Abis selesai, merajut kembali :) 
Sedikit banyak, kebetulan tau cerita perjuangan mas tani dan si mbak mantan. Mbak mantan kuat dan setia banget, walau kini mbak mantan akhirnya menyerah juga dengan keadaan. Pejuang jarak jauh akhirnya berkurang satu (lagi).

Selain mas tani yang sempat bersedih hati di printemps, ada lagi cerita berpisah dari salah satu teman berambut tidak hitam. Ini cerita tentang mas bule dan mbak bule. Mas bule sepertinya pernah ada dalam ceritaku beberapa waktu lalu. Ya mungkin tidak di blog ini, mungkin di blog yg lama. Tapi yang pasti.. Mas bule juga sempat mengisi hari-hariku (duh jadi malu :$). 

Gak sengaja malem ini ngeliat postingan mbak bule dengan sesosok yang tidak aku kenal. Hemm sepertinya mencurigakan. Dan ternyata curigaku beralasan. Mbak bule tidak lagi menjalin hubungan dengan mas bule. Oh ya? sejak kapan? kok bisa ? hemmm.. banyak sekali tanda tanya yang kemudian tumbuh, dan tanda tanya itulah yang menggerakan rasa ingin tahu ini menjadi sebuah tindakan mencari fakta lebih dalam.. yaahh kalian tahu lah pasti maksudnya :D 
Dan ternyata benar sekali ! perjalanan mas dan mbak bule yang aku rasa sudah lebih dari 3 tahun harus berakhir juga. 

Aku ingat jelas bagaimana bahagia melihat mereka bahagia bersama di kelas :" bahagimana mereka saling membantu dan menyemangati saat ujian terberat kita. Ah... ikhlas rasanya jika melihat mereka berdua sebahagia dulu. 

Lalu ? 
Lalu... aku mengambil kesimpulan. 
Waktu tak akan menjadi sebuah garansi kamu akan berakhir dengan siapa. 
Mungkin saja dia yang sekarang amat berjasa untukmu di waktu ini. Bersamanya kamu belajar banyak, bersamanya kamu belajar berbagi banyak hal, dan bersamanya kamu tumbuh dewasa. Tapi itu tidak sama sekali menjadi sebuah garansi bahwa bersamanya pula kamu akan memetik hasil. Tak ada yang tahu, pada siapa akhirnya kamu menghabiskan waktu hidupmu. 

Setelah ini, kamu yang sedang berbahagia mungkin saja akan merasakan patah hati pada waktunya nanti. Jika iya, nikmatilah patah hati ini. Rasakan pelajaran yang teramat kuat di setiap rasa sakit yang kau hadapi. Jadikan patah hati sebagai tempamu menempa mental dan pembelajaran buat dermaga lain yang akan kau singahi. 

Dan utuk kamu yang sedang dalam masa kelam dan pahit. Tenang, anggap kamu sedang di masa "detox". Racun jahat di pikiran dan hidupmu sedang di buang. Semangatmu sedang di bangkitkan lagi. Akan ada printemps yang indah untuk kalian yang telah menyiapkan bibit tulip sejak lama. 

Dan untukumu yang tak ingin mengenal keduanya... 
maksudku, kamu yang ingin langsung melamar.. 
alamat ku di jalan kebun bunga, nomer.... 
oh maaf aku keceplosan :) hahaha.. 

Sekali lagi.. selamat menyambut musim semi ! menyambut hidup baru ! yeyey



0 komentar:

Hah. Kau lagi ?!

4/14/2016 06:49:00 PM tridiyanti's 0 Comments

Sebelum kenangan ini benar-benar pudar karna waktu, maka ku haruskan kisah ini untuk singgah dan tertulis rapi di sini. Agar kelak dapat ku baca kembali dan berterima kasih untuk pelajaran yang pernah kau berikan. 

"Berkah yang melimpah". Ingat kah kau dengan kata kunci itu ? yah, ceritanya pernah ku tuliskan beberapa waktu yang lalu. Mungkin tidak di halaman ini, tapi aku pastikan ceritanya masi tetap tersusun rapi. Beberapa hari lagi genap menjadi 2 tahun. 2 tahun awal cerita ini pernah ada. Memang belum genap 365 hari kali dua, dan di tambah 1 karna ada tahun kabisat. Namun, ketidak genapan ini justru menghantarkan kami pada sebuah cerita yang serupa. Serupa tapi tak sama. 

                          ***

Sakit perut yang bukan sebuah penyakit, sudah datang sejak pagi itu. Jika membandingkannya dengan 2 tahun yang lalu, lucu memang. Waktu itu, aku harus terburu-buru meninggalkan rumah karna waktu yang kita tentukan sebentar lagi tiba. Aku sedikit terlambat, di stasiun kreta yang kita janjikan. Tapi sekarang, rasanya energiku habis terkuras. Membayangkan seperti apa kau sekarang.

Beberapa hari sebelumnya, aku juga menempuh perjalanan yang sama. Sama jauh nya seperti yang dulu pernah kita tempuh. Tapi disela-sela perjalanan itu, ada kau yang menyelinap dalam pikiran. Ah, seperti cerita dalam sebuah kaset, cerita itu berputar sendiri. 

"Klekkkk" bunyi pintu aula itu ku buka. 
Ku lemparkan pandangan jauh kedepan, ku sapu dari setiap ujuang aula. Ternyata mataku benar-benar sudah rabun ! Tak bisa melihat dengan jelas mereka satu-satu. Tapi, postur tubuh mu yang berbeda membuat kau gampang dikenali. Ah kau lagi! di tempat yang sama.

Sebuah tos kecil mendarat mulus pagi itu. Sebuah percakapan singkat keluar begitu saja. Kalimat pembuka yang aku harap akan menjadi awal yang baik. Eh sebentar, senyumu tampak berbeda. Ada yang mengganjal di permukaan. Oh, kawat gigi itu, tak pernah aku lihat sebelumnya.

Dan masih sama seperti dua tahun sebelumnya. Aku yang tak punya modal banyak hanya bisa melihat kau bertanding dari kejauhan, layaknya melihat idola. Selalu ku sempatkan melihat mu di setiap pertandingan, walau mataku sudah rabun, tapi nomer punggung mu yang berubah itu masih tetap dapat ku lihat. Kau masih tetap sama. Menawan. Bahkan lebih dari yang ku bayangkan. 

Kau lagi ! 
Rasanya aku harus berterima kasih untukmu. Aku juga tak tahu pasti untuk apa, tapi yang pasti bisa bertemu denganmu lagi memang sebuah hal yang tak ku bayangkan sebelumnya. Pembicaraan yang menjadi candu.


Kau yang masih menawan. Dan kini sudah lamaran. 
Terima kasih untuk yang kesekian. 



0 komentar:

Trocadero

3/14/2016 07:05:00 PM tridiyanti's 0 Comments

Ku tulis ini dalam sebuat kereta tua yang membawa ku ke sesuatu tempat di ujung kota.
Entah aku tak bisa menemukan jenis tulisan ini. Sajak kah, artikel kah, atau hanya bulir kata kata yang keluar tak karuan. Yah, apapun itu, ini limpahan pergulatan hati dan batin yang sejak pagi bergemurug di dada. Puncak dari sakit perut yang tak ada penyebabnya.

Senja yang paling membuat bulu kudu ku berdiri. Bukan, bukan karna semburan cahaya orange nya yang menggunjang hati, tapi karna sore ini nyaliku sedang di uji.

Tepat 365 hari yang lalu, aku pun menempuh perjalanan yang sama. Sama tapi tak serupa.
Di jam yang sama, mungkin hanya beda menit, aku juga berada di kreta ini. Dengan hati yang paling bahagia mungkin. Dengan rasa kemenangan karna sukses membuat sekenario terbaik untuk tahun ini. Dengan rangkaian kejutan yang aku persiapkan jauh jauh hari, aku yakin sore itu akan terbayar tutas, lunas dan puas.

Tapi tidak dengan tahun ini.
Tidak dengan hari ini.

Sejak pagi menyambut, terkadang ego ini masih saja membujuku untuk tetap tinggal hingga malam. Tak beranjak dari rumah, apapun alasannya. Tidak juga perlu membuat rangkaian kejutan. Cukuplah dengan ucapan sederhana.

Tapi, hati juga masih saja membujuk untuk tetap pergi. Memberikan ucapan dengan cara baik-baik. Memperlakukan layaknya aku memperlakukan manusia manusia baik sebelumnya.

Takut.
Yah mungkin kata itu yg bisa aku pinjam untuk menggambarkan bagaimana benang benang berkeliaran di hati dan pikiran ini.

Takut jika hal ini  tak sepantasnya aku lakukan.
Takut jika ia tak mengindahkan maksud baikku.
Takut jika suaraku tak sampai kepadanya. Bukan karna ia terlelap, tapi karna ia tak mau mendengarnya.
Takut jika hal ini bukan yg di inginkannya.
Takut jika pada akhirnya aku tahu, ini lah pernyataan tak tertulis, bahwa persahabatan ini memang hanya tinggal kenangan.

Persahabatan ?
Yah. Biarkan aku menganggapnya begitu. Karna ini urusan aku.
Bagaimana dia menganggapku, itu urusannya. Biarkan dia yg memilih katanya.

Ah sudah lah, mengetik di layar kecil memang tak selalu baik, apalagi saat-saat seperti ini. Tanganku memproduksi keringat sedang banyak banyaknya. Lagi pula di stasiun depan aku turun.

Oh tuhan..
Rasanya aku tak ingin kereta ini sampai di tujuannya.


Paris, 11 Maret 2016 ; 17:46

0 komentar:

Surat Untuk Anjani

2/05/2016 12:29:00 AM tridiyanti's 0 Comments

Hai Anjani,

Untukmu gadis berkulit jauh lebih putih dari pada kulitku, dan gadis yang tak menyukai tim sepak bola kebanggaanku, tapi untungnya kita masih satu suara jika bertemu dalam piala dunia, si baju orange.
Ini surat pertama yang aku tulis untukmu, yah walaupun sudah pernah kau ku kirimkan sebuah sepeda melalui kertas berlipat dua itu, tapi ini adalah kali pertama aku menulis pesan sepanjang dan sebanyak ini. Aku tak tahu akan kah ini menjadi surat terakhirku pula atau tidak, rasanya iya, entahlah. Tapi berkatmu aku akhirnya menginjakan ke kantor bernuansa orange itu, tempat orang menitipkan cerita, benci dan  rindu pada seonggok kertas tak bersuara.

Anjani yang malang, 
Langsung saja aku pada pokok tujuanku menulis ini. Aku sebenarnya bisa saja menelfon mu, memencet nomormu pada layar ponselku dan langsung berbicara padamu seperti biasanya. Tapi rasa enggan masih saja mencuak dipikiran. Aku malas sekali jika harus mendengar suaramu yang tinggi dan terkadang memekakkan telinga. Terkadang kau pun tak henti-hentinya berkicau bak burung kelaparan. Mungkin dulu memang aku sangat menyukainnya, tapi kini aku rasa aku tak membutuhkannya lagi. Perhatikan, aku menulisnya dengan kata "mungkin", jadi sebenarnya aku juga tak tahu yang sebenarnya. 

Anjani, kau memang sungguh baik. Mungkin gadis yang terbaik yang aku temui. Wajahmu juga tak buruk-buruk amat, kau pun pintar dan pandai berbicara. Sering kali leluconmu membuat percakapan kita terasa hidup. Tapi Anjani, itu saja tak cukup, atau mungkin berlebih ? entah lah.  Yang pasti aku ingin sekali mengatakan maaf padamu. Entah ini patut atau tidak, tapi sebaiknya aku jelaskan  saja, biar nanti bapak pengantar surat itu yang mengantarnya. 

Ingatkah senja yang kita temui saat itu Anjani ? Yah senja yang kita pandangi bersama. Aku di bukit berbatu dipinggir pantai itu, dan kau dibukit yang lainnya. Iya aku tahu, kita memang tidak di tempat yang sama, tapi kala itu akhirnya kita bisa memandang langit yang sama, senja yang sama, awan yang sama, bahkan mungkin angin yang lewat di depanku juga angin yang datang mengibas rambutmu. Rasanya senang bukan kepalang, tak ku sangka kita bisa memandangi senjamu dan kamu melihat matahariku, dengan warna kemerah-merahan yang identik. Tak seperti biasanya kita menikmati mataharimu-bulanku, bintangku-suryamu. 

Apakah kau juga ingat malam bulan purnama itu ? Yah! kau yang duduk tepat dibelakangku. Kurasa kau melihatnya. Karna diam-diam aku mengintip dari kaca sepion. Kau menengadahkan kepaamu ke atas, rambutmu yang mencuat dari sela-sela helm, terbang diterpa angin yang mungkin sempat berjumpa dengan purnama. Itu hal terbaik yang aku temukan tahun ini. 

Anjani yang tegar, 
Belum sudah aku menguraikan kata maafku, tapi memang aku tak sanggup mengatakannya sekarang. Jadi biarkan aku mengatakan terimakasih padamu terlebih dauhulu. Kau ingat Anjani, saat tumpukan pekerjaan dan tugas itu mencekik leherku? Yah itu rasanya aku akan mati jika kau tak cepat-cepat datang. Manalah aku paham bagaimana merangkai kata ilmiah, jika pernah membacanya pun tidak. Aku tahu kau membantuku sebaik mungkin, aku juga tahu jika kau bahkan belum terpejam saat tanggal deadline itu datang. Yah, yah, aku yang malah sempat tertidur dan kau yang meneruskannya. Tapi sungguh Anjani, mataku tak kuat lagi, bukan karna aku enggan. Dan lagi-lagi kau menjadi penolongku. 

Anjani yang baik, 
Terima kasih karna hampir disetip pagi kau membangunkanku. Walau sebenanrnya aku masih ingin melanjutkan berselancar di dalam mimpi. Tapi suara telfonku yang nyaring mmebuat kupingku gatal. Ditambah lagi kau yang suka memekik agar aku cepat tersadar dari kantuk. Yah itu menyebalkan, tapi aku bersyukur mengenalmu. Tapi Anjani, sadar kah kau, jika kantukku itu juga karna mu. Yah, bagaimana tidak, aku baru bisa tidur setidaknya 1 jam setelah tengah malam, bahkan lewat sepertiga malam. Kalau saja aku sudah tidur sebelumnya, aku pasti bisa sekalian ibadah malam. Seringkali aku terkantuk-kantuk menunggumu tiba di rumah. 

Ah alangkah panjangnya surat ini jika harus aku tuliskan kata terimakasih untuk setiap waktumu. Maka aku persingkat saja, karna tanganku sudah mulai pegal-pegal. 
Tapi yang pasti, termakasih yang sebesar-besarnya karna kau telah mempertemukan aku kembali dengan dia, dan kau memberikan waktu yang pas untuk kami saling mengenal. 

Anjani, 
Sekarang kau tak perlu lagi menahan kantuk hanya untuk membangunkaku di pagi hari, kau tak perlu lagi berusah payah menjadi guruku, dan sudah aku putuskan kau tak perlu lagi memasang kupingmu lebar-lebar untuk mendengar ceritaku. sebenarnya aku juga sudah lelah padamu. Siapa yang tak lelah jika hidupmu yang nyata terasa seperti hanya khayalan. Aku seperti hidup di dunia maya. Memang mengasyikan, suatu pengalaman yang menarik bisa berinteraksi bersama dengan orang yang nun jauh di sana. Hal ini jika tak pernah aku bayangkan, bahkan tak pernah aku tahu jika bisa berlangsung tidak hanya dalam hitungan minggu. 

Ah sudahlah Anjani, yang pasti sekarang aku ingin bebas. Yah, kau memang tak pernah mengurungku, tapi aku tak menemukan kata lain yang lebih elok, jadi kupinjam saja kata bebas itu. Pokoknya kini aku sudah jauh lebih bahagia. Jadi mohon jangan mengusik apa yang sedang aku susun ini. Kau mengerti kan kata bahagia ? Aku kini jauh lebih bahagia, Anjani. Manusia mana yang tak bahagia jika waktu tidurnya kembali normal. Kini aku bisa tidur setidaknya 8 jam perhari. Kini sebelum tengah malam aku sudah bisa tertidur pulas ditemani suaranya orang disebrang sana yang sama-sama tertidur. Elok bukan ? 

Kini aku pun tak lagi pergi sendiri. Tempat duduk disamping pengemudi kini sudah terisi sosok nyata nan cantik. Tak seperti dulu, kursi sebelahku kosong, yang ada hanya wajahmu yang terkurung dalam layar ponsel. Tak ada tangan yang membantuku merogoh uang receh dari dashboard. Walaupun itu menyenangkan, tapi kini jauh lebih menyenangkan. Aku juga sudah punya penasihat sendiri, yang bisa langsung memutuskan warna atau barang mana yang harus aku ambil saat membeli sesuatu. Aku tak perlu lagi susah-susah mengambil gambar dan mengirimkannya padamu, lalu harus menunggu kau membalas, lalu kita berdiskusi panjang... ah lama sekali prosesnya. Kini semua jauh lebih cepat Anjani. Oh ya satu lagi, perjalana panjang ke kampusku pun kini bukan masalah berat dan tak lagi membosankan. Sudah ada manusia nyata yang duduk disampingku, bercerita, bercanda, lalu tertidur di bahu. Perjalanan yang panas terasa jauh lebih sejuk. Semuanya tak lagi membuatku pusing karna perjalanan yang panjang. Ditambah bermain ponsel di dalam bus serasa bermain roller coaster, mual.  Oh astaga, aku hampir lupa. Tugasku pun kini jauh lebih ringan, bukan karna dia lebih pintar darimu, tapi karna dia duduk tepat di kursi sebelahku. 

Anjani, tanganku sudah benar-benar mati rasa, tak sanggup lagi aku menulis. Jadi izinkan aku mengakhiri ini dengan kata terima kasih, karna kau telah mempertemukan aku kembali dengan hidupku yang lebih baik. Ini semua juga berkatmu. Dan maaf jika aku tak lagi bisa menemani hari-hari mu, karna jujur aku sedang fokus pada hidupku yang bahagia ini, aku ingin benar-benar menikmatinya. Jadi maafkan aku jika ini terasa tak adil di dengar. Pesanku, jangan kau banyak terbuai masa lalu, kenangan yang sudah lewat atau kata-kataku dulu. Kau tahukan aku seorang lelaki, dan harusnya kau sudah paham dengan baik, bagaimana aku. Itu hanya lelucon belaka, hanya kalimat-kalimat yang menghibur agar aku tertawa dan kau bahagia. Jadi sudah, tak usah kau lihat-lihat lagi. 

Sekian saja surat dariku. 
Kau memang indah, Anjani. Tapi yang murni adanya akan selalu aku perjuangkan. 

Salam cinta dan kasih.
Teman hari-harimu, 
Teman baikmu,

-Tri Rahmadi- 





0 komentar:

Because you are not enough

1/12/2016 08:24:00 PM tridiyanti's 0 Comments

Pagi itu rasanya masih seperti mimpi. Semunya berubah dratis, jauh berbalik seperti pagi ku yang biasa. Senin pagiku pada umumnya. Rasanya aku tak sanggup memulai hari ini, apalagi memulai minggu ini. Dada ku yang masih terasa amat sesak, dan tubuh ini yang belum sepenuhnya pulih, membuat selimut merahku serasa enggan terangkat. 

Adik kelas SMA ku yang kebetulan sedang menginap disini sudah rapi dengan barang dan perlengkapnnya. Yah, hari ini hari terakhir dia di Paris, tinggal menghitung hari ia akan terbang ke Indonesia, meninggalkan negeri napoleon untuk melanjutkan tugas kuliahnya. Adik kelas SMA ku yang pertama yang akhirnya tahu bahwa kakak kelasnya ini, yang mungkin dianggap kuat dan tegar, ternyata bisa tumbang juga. Malu rasanya terlihat jatuh. Dan Malu karna sejak ia disini, aku tak sempat menemaninya berpamitan pada menara cantik yg di sebut Eiffel itu. Hari pertama dia akan pergi menikmati Paris, justru menjadi hari permana aku kejatuhan bom atom. Dan ia harus rela menikmati paris tanpa aku. Maaf kan adik kecilku. 

Tapi pagi itu, rasanya terlalu jahat jika aku membiarkan ia pergi ke stasiun bus sendirian dengan barang yang beranak pinak. Jadi kuputuskan untuk keluar rumah ! yah setidaknya walau tak lama, yang penting ak bisa menghirup udara segara. Setidaknya aku harus sadar, bahwa apapun yang terjadi, metro akan tetap saja padat, jalanan akan tetap saja macet. Lalu, kenapa aku harus terus bersembunyi di bawah selimut itu ? 

Jam masih menunjukan pukul 1 siang ketika aku tiba di rumah lagi, perut yang sejak kemarin tak terisi membuat aku harus bergerak ke dapur mencari apa pun yang bisa aku sempalkan di perut agar para cacing tak semakin ribut. 2 potong pizza hut sisa kemarin siang meluncur dengan cepat. Dan kebetulan sekali, teman lama datang menyapa. 

Teman baik yang lama tak ku sapa, lekaki dengan dua A dan satu S di akhir. Aku teringat kejadian beberapa tahun lalu ketika untuk pertama kalinya aku patah hati. Teman baik itulah yang membantu menyadarkan aku dari terpuruknya rasa terbuang. Logika-logika dari sisi lelaki memang sangat amat berguna untuk menyadarkan kita dari prasaan menye-menye. 

Dan entah kenapa, rasanya aku ingin sekali bercerita lagi dengannya. Ku putuskan untuk menanyakan kabarnya, dan apakah dia sedang sibuk. Binggo ! ternyata dia bersedia mendengarkan ceritaku yang panjang itu.. 

"SELESAI hahahha" ujarku mengakhiri cerita 

"Mau aku jadi komentator apa pendengar yang baik?" tanyanya. 

"komentator dong"

"I think you are stupid" 

"hahahhahha" itu kata pertama yang aku respon atas kalimat terakhir 
"kok :(" lanjutku.

"really stupid"
.....
percakapanpun semakin panjang, komentarnya tajam dan tepat, ku rasa.
Tapi ada kalimat yang akhirnya benar-benar menyadarkanku

"... tapi kamu gak cukup bagi dia"
"Because you are not enough".

***

Yah ! that's the point ! sejak kalimat itu aku baca, aku baru tersadar, ini kata-kata yang selama ini aku cari untuk meyakinkan aku. 

Awalnya mungkin kami sama-sama curang dan sama-sama bermain. Sama-sama memanfaatkan waktu yang ada. Ada dia di hidupku, tapi aku masih sibuk mencari sana sini, mencari yang aku butuhkan. Begitu pula dengannya. Ada aku yg menemaninya, tapi ia masih saja mencari apa yang ia mau. Dan awalnya kita tak mempermasalahkan itu, dan aku menyadari bahwa pada akhirnya nanti kita akan sama-sama menemukan apa yang kita cari. 

Tapi perjalananku menjahui kota yang disebut romantis bagi kebanyakan orang, di libur pergantian tahun justru membuat aku tersadar. Jauh dari tempat aku tinggal, dengan keadaan yg serba terbatas, dengan kesibukan aku menikmati liburan, awalnya aku kira disana aku akan menemukan seseorang yg aku rasa cukup. Dan aku akan tahu sepenting apakah orang-orang disekitarku saat ini, karna kata orang, kita akan sadar seberapa penting orang itu jika kita sudah kehilangannya.

Dan benar saja, aku mendapatkan pelajaran penting. Salah satunya aku menyadari, bahwa melewati hari penting seperti tahun baru memang lebih terasa manis jika kau lewati bersama orang-orang yang kalian sayangi. Dan bersama mereka yang kau anggap keluarga, lebih akan berkesan walau tanpa kembang api, tanpa pesta yang luar biasa. Hanya dengan berkumpul bersama, melewati pergantian tahun bersama, ku rasa itu lebih dari cukup. Dan sayangnya aku baru sadar setelah melewati moment itu. Tapi akan aku pastikan, tahun-tahun selanjutnya, aku akan melewati tahun baru bersama mereka, keluarga. Une famille. 

Dan dari perjalanku itu, aku juga baru menyadari, bahwa hidupku setahun yang lalu sudah cukup. Aku tak perlu menambahkan orang baru, atau tak perlu mengganti atau mencari lagi. Aku rasa dengan ritme hidupku yang lalu, akan sudah merasa baik-baik saja, dan sangat baik bahkan. Untuk apa aku harus lelah mencari dan mengejar sana sini jika sesungguhnya semua sudah seperti yang aku inginkan. Bahagia dan selalu punya tempat untuk pulang. 

Beberapa hari sebelum kepulanganku, aku sudah mulai memberanikan diri menunjukan siapa aku dan siapa orang-orang di samping aku. Bahkan aku berani menelfonya saat teman-teman lain sedang berkumpul. Rasanya aku tak ingin melewati seharipun tanpa suara dan kabar darinya. Aku rela membatalkan janji pergi siang itu untuk mendengar ceritanya dan malanjutkan pempicaraan yg baru berakhir setelah 3jam 20 menit.

Dan disitulah titik balik cerita ini, dan disinilah waktu yang tak berpihak. Disaat aku merasa "cukup" dengan dia dan dengan keadaanku yang kemarin, disaat yang bersamaan pula dia menemukan yang ia cari. Seseorang yang ia rasa "cukup" untuknya. Tapi sayangnya orang itu bukan aku. 

***
........
"sekarang pikiran aku bener-bener terbuka ! dan aku udah bisa menjabarkan dengan baik apa yang terjadi sebenarnya. Makasih ya !!!"

Yah, sore itu menjadi seperti obat paling mujarab yang pernah aku minum. Seperti keajaiban, entah kenapa rasa sesak yang sebelumnya menyelimuti sudah berangsur-angsur pergi. Rasanya aku terlahir kembali, dengan pikiran yg lebih jernih dan perasaan yang jauh, jauh lebih tenang.

***
Dan pagi sebelum kutulis cerita ini, banyak pesan masuk di handphone ku, tak ku sangka salah satu diantaranya, ada dia. 

Oh, ucapan terima kasih karna post card ku sudah sampai. 

Dan entah kenapa aku membalasnya dengan prasaan biasa saja, tak ada lagi rasa kesal atau emosi saat membaca dan membalasnya. Semua seakan kembali pada percakapan pertama kami di bulan agustus atau september 2014 lalu, ringan dan biasa saja. 

Teruntuk teman baikku, lekaki dengan dua A dan satu S di akhir. Terima kasih banyak atas bantuannya selama ini. Logika-logikamu memang tepat sasaran, berlandaskan dan sangat beralasan. Terima kasih untuk kapsul mujarabnya. Jika siang itu kamu tak hadir, mungkin langit masih akan mendung. 

Dan untukmu partner terbaik sepanjang masa. Aku baru menyadari, kamu memang partner yang baik. Terbaik yang pernah aku temui. Dan sekarang aku tersadar, benar katamu, kita memang seharusnya akan selalu menjadi partner yang baik. Tidak kurang dan tidak lebih.

0 komentar:

Ujung dari sebuah perjalanan

1/11/2016 06:52:00 AM tridiyanti's 2 Comments

Ini sebuah cerita cinta klasik pada umumnya. Mungkin bagi mereka ini terlalu drama, tapi tau kah jika cerita ini pernah ada pada waktunya.

IA baru saja membuka lembar baru di jendela laptopnya. Satu alamat yang ia sangat hafal keluar dari jari jemarinya. Sebuah layanan blog yang tak asing lagi baginya. Hari ini dari kedua setelah percakapan itu. dan Ia berniat mengabadikannya dalam sebuah tulisan agar kenangan itu tak benar-benar hilang. Tapi hal yang lebih mengagetkan, ia menemukan satu draft yang tak sempat di publish, bahkan belum sempat ditulis. Hanya judulnya saja "Best Relationship Ever", dibuat pada 14 Desember tahun lalu, bahkan belum genap sebulan lalu. Ia sadar, pada hari itu ia akan menceritakan betapa indahnya jalan yang sedang iya lewati saat ini, bersamanya. Tapi hari ini, cerita berganti. 

"aku mau cerita, terus kamu jangan marah ya kalau aku baru cerita hal ini ke kamu" ujar yang disebrang sana.

"kok aku jadi takut" ia pun membalasnya

"ya udah gak jadilah kalo kamu takut"

"iya gpp deh :" hahhah iyaalah gpp, dari pada aku mati penasaran hahha"

"zzzz"

"mau nelfon atau gimana ?" ia menawarka diri

"chat aja lah" balasnya.

"aku tuh mau cerita kalau aku udah deket banget sama si mbak. Dan udah pergi tiga kali an dan dia terus yang ngajak aku". Lanjut balasnya.

Tepat pukul 11:06 senyum ia mulai memudar, tangannya mulai bergetar. Dan saat itulah awal perjalanan ini akan berakhir.

***
Dia lelaki dengan satu I di tengah dan A sebelum akhir, 5 lainnya bentuk konsonan, semuanya menjadi 7 huruf yang mengikat sebuah nama. Tapi tak perlu kau sebutkan dengan lantang. 

Ia mengenal dia sudah cukup lama, ketika mereka sama-sama masih berseragam abu-abu, tapi bukan satu almamater. Tapi mereka mengenal lebih dekat sudah lebih dari satu tahun belakangan ini. Tak pernah ada yang benar-benar ingat awal mulanya, yang ia tahu, dia adalah teman bercerita yang baik. Lelucon mereka sama, dan ia bisa menjadi ia yang sebenarnya tanpa harus peduli apa kata orang. 

Bercerita dengan dia membuat ia lupa waktu, jari-jemarinya yang mulai letih bukan menjadi alasan untuk menghentikan pembicaraan yang sebenarnya tak penting-penting amat jika di baca kembali. Ia sering kali merasa bosan dan kantuk sata di kelas. Untungnya waktu yang membedakan mereka membuat dia bisa menemani ia melawan kantuknya. Ketika jemari lelah menari di keyboard gadget, masih ada cara lain untuk sekedar bercakap. 1 jam, 2 jam, 3 jam, 8 jam pun pernah. Dari bangun, tidur, sampai bangun lagi, telfon itu masih saja menyambungkan dua manusia yang terpisah jarak dan waktu. Tapi bagi mereka itu bukan menjadi masalah yang besar. Awalnya. 

Mereka tidak mencari, tapi waktu yang mempertemukan. 

Dan pada saatnya, pertemuan mereka manjadi lebih nyata. Ia bisa melihat fisiknya secara langsung. Matanya, tingginya yang semakin semampai, tubuhnya yang masih saja menggunakan size S atau terkadang M. Dan suaranya yang masih sama ketika teknologi masih menjadi menyambung. 
Tak lama ia bertemu dengannya, tapi cukup untuk membuat tahun ini menjadi lebih berwarna.

***

"Jadi kamu udah berfikir bakal jalan lebih deket sama mbak?" 

"Iya, karna dia tuh tau semua tentang aku sekarang. dia bla bla bla bla bla..." 

"Mbak dan aku bedanya apa?"

"Bedanya kamu disana, dia disni. itu aja kok"

Dan kalimat pengakhir itu yang membuat ia benar-benar merasa terasingkan. Akhirnya setelah lebih dari 365 hari bersama, jarak pun menjadi penentu siapa yang pantas dan siapa yang tersisihkan.

Dia mendefinisikan gadis itu sesempurna mungkin. 
Yah, Mbak, gadis cantik berkerudung itu memang nyaris sempurna. Matanya bulat cantik, kulitnya putih bersih, berat tubuhnya proporsional dengan tingginya, dan satu lagi, dia pintar. Namanya sudah memiliki gelar resmi. Tak seperti ia, yang jalan hidupnya entah masih harus kemana. 

.........
"Aku gak bakal gantiin kamu kok, aku bakal tetap seperti ini dan seperti biasanya, tapi kalau bagi kamu sulit "diantara" yasudah aku gak akan maksain, yang mana bagi kamu bahagia aja". 

(Mungkin) dengan lantang dia menjawab itu, menyimpulkan percakapan panjang ini. Tanpa penolakan, tanpa penahanan, tanpa defense yang kuat, dia melepas ia untuk pergi. Dan ia memang sewajarnya harus pergi. 

Ia tak mengerti mengapa kemudian air matanya mendesak untuk keluar, dan tak terbendung lagi. pecah sejadi-jadinya. Berjam-jam kemudian, ia masih sibuk mengurusi air matanya yang tak jua bisa diajak kompromi. Membiarkannya terbuang dan meresap disela-sela permukaan bantal itu. Hanya bisa bersembunyi dibalik selimut dan berlindung dari demam yang bahkan belum juga usai.


***

Sebuah hubungan yang sempurna. Tak perlu tahu tentang rasa yang ada, tak peduli bagaimana bentuk dan namanya, yang pasti ini menguntungkan dan saling membahagiakan. Selalu punya tempat untuk "pulang". Selalu ada sela untuk bermanja-manja di akhir pekan, selalu ada waktu yang bisa ditemukan untuk saling mengisi. Tanpa tahu akan kemana ini berjalan, akan sampai kapan dan bagaimana mengakhirinya, atau mungkin memulainya. 

Tapi hal itu justru berubah dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ia baru saja merasa bersyukur dan di pertemukan dengan lelaki dengan satu I di tengah dan A sebelum akhir. Perjalanan panjangnya beberapa hari mencari sebuah kepastian, berujung pada jawaban untuk bersyukur dan tak meninggalkan. Tapi telat. Dia sudah terganti. 

***


Setelah berjam-jam ia habiskan untuk menyesali waktu yang berjalan begitu cepat, untuk cinta yang datang pada mereka di waktu yang tak tepat, untuk banyak kenangan yang berjalan perlahan melewati hari itu, dan untuk sebuah ketidak jujuran yang menjadi musuh. Ia tahu jika akhir perjalanan indah ini memang akan seperti ini, tapi tak menyangka akan semiris ini. Tak menyangkan bumbu ketidak jujuran harus tumpah diantaranya, kenapa semua harus menghilang di waktu yang bersmaan. Ia tersedu setelah bertahun-tahun tak pernah sekeras ini. Menyesali kenapa lagi-lagi ia terperangkap di rasa takut yang terlalu besar. 

Ia pernah bilang pada seseorang, bahwa sejak beberapa tahun lalu, ia selalu takut menghadapi pergantian tahun. Ia takut apakah tahun selanjutkan akan lebih baik atau sebaliknya. Terlebih dari itu, di awal tahun ia selalu mendapati ada yang hilang. dan ia terlalu takut untuk kehilangan lagi. Mungkin hanya tahun kemarin ia melewati bulan pertama di awal tahun dengan senyum bahagia dan puas. Tanpa sedih, justru januari melenggang dengan indah.  Lain hal nya dengan tahun ini. Dan benar saja, hal yang ia takutkan tahun ini benar terjadi. Kehilangan datang lagi dibulan yang sama. 

Dan malam ini, dari seorang teman ia menemukan sebuah cerpen cantik berjudul "Dijual : rumah dua lantai beserta seluruh kenangan di dalamnya". 

Dan dari lubuk hati yang terdalam, ia juga ingin menjual semua waktu dan kenangan yang dia tanamkan.

Dan pada akhirnya ia tahu, ini lah ujung perjalanan itu. Berkahir manis, untuk dia.

2 komentar: